Mencicipi Versi Asli Bakso SONY Langsung di Tempat Asalnya, Lampung

Saya bukan penggemar makanan yang bernama bakso. Bukan berarti bahwa saya akan menolak memakan makanan berbentuk bulat bundar ini, tetap saja kalau ada ya dimakan. Tidak masalah dengan itu.

Bagi saya bakso ya bakso. Makanan yang terbuat dari daging giling bercampur tepung terigu. Itu saja. Tidak ada bedanya.

Meskipun belakangan ini di banyak kota lahir dalam berbagai bentuk baru, dengan nama yang begitu aneh dan bombastis, tetap saja sulit mengundang keinginan untuk mencicipinya.

Prinsip bakso is bakso tidak tergoyahkan.

Tetapi, saat berada di Bandar Lampung beberapa minggu yang lalu, saat berkunjung ke rumah adik ipar, prinsip tersebut harus menyesuaikan dengan situasi. Tidak maalah juga karena toh saya tetap bisa makan bakso.

Masalahnya, karena saya diajak untuk mencicipi salah satu makanan yang cukup terkenal belakangan ini, yaitu Bakso SONY.

Disebut terkenal karena di kota tempat tinggal saya, Bogor, nama itu mulai juga mewarnai perkulinerannya. Bakso SONY mulai menjadi bahan pembicaraan para ibu di sekitaran rumah. Katanya enak.

Jadi, meskipun tetap bukan fans bakso, tidak ada salahnya juga untuk mencoba sesuatu yang merupakan ciri khas disana. Meski bentuknya bakso, tetap harus dipandang sebagai sesuatu yang harus dirasakan, apalagi sebagai seorang blogger, sesuatu yang menjadi ciri khas sebuah daerah, pantang untuk dilewatkan.

Walaupun, bukan sesuatu yang menjadi favorit.

Itu prinsip standarnya.

Mencicipi Bakso SONY Langsung di Tempat Asalnya, Lampung

Jadi, akhirnya saya pun bermain ke tempat asalnya Bakso Sony, yang sayangnya saya lupa nama jalannya. Menurut penuturan adik ipar, disanalah outlet pertamanya. Tentunya, sesuatu yang menambah keingintahuan.

Perhatian pertama kali tersedot pada namanya. Ternyata nama lengkapnya bukan Bakso Sony, tetapi Bakso dan Mie Ayam SON HAJISONY. Agak bingung juga melihat namanya. Berdasarkan penuturan adik ipar, pemiliknya berasal dari Jawa Timur bernama Haji Sony. Tetapi, tetap saja kurang bisa memahami mengapa ada nama SON di depannya.

Tetapi, saya memilih mengabaikan dan tidak berusaha mencari informasi lebih lanjut karena kami langsung memasuki tempatnya. Dan, ingin tahu juga mengapa bakso ini bisa begitu terkenal dan pada akhirnya memiliki 16 buah cabang yang tersebar di Lampung, dan Bogor.

Apa sih keistimewaannya? Ingin tahu juga.

Suasananya tidak berbeda jauh dengna berbagai tempat makan bakso di Bogor dan Jakarta. Bentuknya adalah sebuh ruko, yang kalau dihitung ternyata memakan 4-5 buah kaplingnya. Besar memang.

Ruang makannya cukup luas. Perlengkapan lainnya adalah standar saja. Tidak ada yang istimewa dalam hal ini.

Mencicipi Bakso SONY Langsung di Tempat Asalnya, Lampung

Yang membuat rasa ingin tahu makin besar adalah ketika mendapatkan penjelasan bahwa bakso Sony memakai daging sapi yang berasal dari ternaknya sendiri. Bukan dibeli dari pasar.

Wow.

Menarik. Baru kali ini mendengar ada penjual bakso yang mau bersusah payah menggunakan bahan yang dihasilkannya sendiri. Biasanya, daging akan didapat dari pasar atau pedagang karena memang lebih mudah.

Dan, kami pun memesan beberapa mangkok. Karena saya diberitahu bahwa tetelan (bisa pakai kata “lemak” daging tapi nggak pas) adalah salah satu keunikannya, maka langsung saja saya minta juga. Kebetulan mengunyak lemak empuh bin gurih ini salah satu kesukaan saya, walau tahu mengandung banyak kolesterol, tetapi enak.

Setelah pesanan datang., hem.. bakso ya bakso. Maksudnya, secara penampilan tidak ada yang terlalu istimewa. Tetap bulat dan bundar dengan ukuran standar saja.

Hanya memang ketika si bulat bundar dibelah menggunakan sendok, agak berbeda dengan bakso di Bogor. Warnanya agak kemerahan matang, sesuatu yang menurut pengalaman menunjukkan bahwa dagingnya lebih banyak dibandingkan terigunya.

Ketika disuapkan ke lidah, hem.. memang agak berbeda. Ada sebuah rasa yang unik. Entah racikan bumbunya atau mungkin karena dagingnya.

Lembut dan mudah dibelah dengan sendok dan dikunyah mulut. Sesuatu yang menuunjukkan pemasakan yang baik dan benar.

Enak ya jelas enak. Biar bukan penggemar bakso, yang namanya makan daging ya enak buat saya. Hanya jika ditanya apakah istimewa? Buat seorang non penggemar bakso, agak sulit menemukan sisi yang berbeda. Bagi saya bakso SONY, ya bakso, itu saja.

Cuma, tetelan-nya tadi itu memang enak. Segar, gurih, dan lembut.

Yang membuatnya berbeda adalah saya merasakan baksonya di tempat asalnya, jadi yang dirasakan bukan sesuatu yang sudah bercampur dengan cita rasa kuliner lain.

Maklum, tidak selamanya makanan yang dijual di cabang memiliki rasa yang sama dengan di tempat asalnya. kerap cabang yang memakai nama yang sama dikelola pemilik lain dan hanya memakai nama yang sama saja. Racikannya juga sering tidak sama, hingga hasilnya rasanya sering berbeda dengan di tempat aslinya.

Dan, kali ini, saya merasakan versi aslinya.

Lumayan OK.

Mencicipi Versi Asli Bakso SONY Langsung di Tempat Asalnya, Lampung

Yang membuatnya istimewa adalah saya makan sambil ketawa ketiwi dan bergembira dengan keluarga dan saudara di kota mereka. Menyenangkan.

Apalagi ternyata, sang adik ipar kemudian membekali dengan entah berapa bungkus bakso SONY mentahan. Ternyata, gerainya ini juga menyediakan bakso, mpek-mpek sebagai oleh-oleh.

Dan, ini termasuk salah satu yang berbeda dari Bakso SONY, ada bagian khusus pengemasan disana. Pembeli/turis yang ingin menjadikannya oleh-oleh bisa meminta agar bakso-bakso mentahan tadi bisa dikemas langsung di tempat. Tidak pake lama dan semua sudah masuk dalam kardus styrofoam.

Baru kali ini melihat ada yang seperti ini.

Sebelum pulang, saya sempat menyaksikan pula betapa nama Bakso SONY itu ternyata sangat populer di Bandar Lampung. Tidak ada tempat duduk yang kosong karena sebelum saya meninggalkan tempat, banyak sekali pengunjung yang datang. Kebanyakan keluarga.

Sesuatu yang menunjukkan bahwa tempat ini punya “nama” disana dan merupakan salah satu tempat kuliner favorit di sana.

Boleh dijadikan opsi kuliner kalau Anda kebetulan bermain ke Bandar Lampung. Tidak mengecewakan kok, apalagi kalau Anda seorang penggemar bakso.

Tulisan ini hanyalah sebuah tulisan dari seseorang yang bukan penggemar bakso. Jadi tentunya akan kurang memberikan pandangan dari sisi rasa dan keistimewaan. Boleh diabaikan kalau mau.

+ posts