Saat ini, lampu hemat energi merupakan satu produk yang banyak diminati oleh semua kalangan. Apalagi, untuk kebutuhan rumah tangga. Dari yang harganya murah, sampai yang terbilang sangat mahal. Daya tahannya pun beragam; ada yang hanya beberapa bulan, ada pula yang sampai tahunan. Bahkan, ada yang bergaransi sampai seumur hidup. 😀
Terangnya pun menakjubkan. Kalau dulu, kita membutuhkan lampu yang berdaya listrik 40 W, sekarang, kita hanya perlu membeli lampu yang berdaya 8 W saja. Atau jika dulu kita membutuhkan lampu yang berdaya 60 W, kini kita hanya cukup membeli lampu yang berdaya 15 W saja. Karena, sekarang. dengan daya yang lebih kecil, kita bisa mendapatkan cahaya yang sama terangnya.
Mengapa demikian? Bagaimana caranya hal itu bisa terjadi? Apa yang membedakan lampu hemat energi dengan lampu biasa? Mengapa lampu-lampu seperti itu baru ada pada zaman sekarang?
Semua itu karena berkembangnya teknologi, tentu saja. *jawaban sayah ituh, mah! Simple tapi ga jelas*..ha..ha..Yang jelasnya begini :
Lampu pijar terdiri dari kumparan kecil kawat tungsten yang dibungkus bola gelas berisi gas argon atau nitrogen. Ketika bola lampu dinyalakan, suhu kawat tungsten mulai tinggi dan kawat mulai memancarkan radiasi panas. Ketika suhu kawat sudah cukup tinggi, sekitar 2.200 derajat C, kawat mulai berpijar dan memancarkan cahaya.
Suhu yang tinggi pada kawat dapat menguapkan sebagian kecil kawat. Ini terlihat dari bercak-bercak hitam yang terjadi pada bola lampu setelah pemakaian yang cukup lama. Akibat penguapan ini kawat makin menipis. Setelah 700 – 1.000 jam pemakaian, kawat putus dan bola lampu mati, tidak bisa digunakan. Lampu ini sangat tidak efisien karena hanya sekitar 10% energi listrik yang diubah menjadi cahaya, sisanya yang 90% diubah menjadi panas
Pada bola lampu hemat energi (halogen), gas yang digunakan adalah gas halogen (seperti brom). Gas ini mampu bereaksi dengan bercak hitam (penguapan tungsten) yang menempel pada gelas, menghasilkan metal halida. Metal halida ini akan menempel kembali pada kawat tungsten. Karena suhu yang tinggi, metal halida akan dipecah lagi menjadi logam tungsten dan gas halogen. Logamnya akan menjadi satu dengan kawat tungsten, gasnya akan bergabung dengan gas halogen lain dalam bola gelas sehingga terjadilah proses daur ulang tungsten.
Proses ini akan lebih efektif bila tabung gelas sekecil mungkin ( sedekat mungkin dengan kawat tungsten). Itu sebabnya, tabung gelas ini dibuat seramping mungkin. Agar tabung tidak meleleh, gelas yang digunakan harus terbuat dari material yang tahan panas seperti quartz. Proses daur ulang ini akan membuat kawat tungsten tahan lama dan mampu bertahan 3 – 10 kali lebih lama dari lampu pijar biasa.
Di samping itu, proses daur ulang ini memungkinkan kita membuat suhu tungsten setinggi mungkin. Makin tinggi suhu tungsten, makin banyak cahaya yang dipancarkan (lampu makin terang). dan makin sedikit radiasi panas (lebih sedikit panas yang dipancarkan). Ini membuat lampu lebih terang dan hemat energi.
Yup, seperti itu penjelasannya. Ternyata, disebut lampu hemat energi karena memang hemat.
Sumber : Intisari, Mei 2006