Setiap ‘berjumpa’ ulat bulu, apa hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita?
Yup! Gatal!
Apa yang kemudian dilakukan?..Kebanyakan orang dengan refleks, langsung menghindar. Iya, kan?..Saya, sih, iya!..:-D
Kemudian? Kalau saya, setelah menghindar, saya akan mendekatinya lagi. Ha..ha..Saya senang melihat bulunya. Karena, kadang, saya bertemu dengan ulat bulu yang bulunya lebat dan berwarna-warni. Bagus sekali. Kalau tak ingat akibat yang bakal diterima, itu ulat bulu akan saya elus-elus. 😀
Tapi, karena pernah punya pengalaman terkena ulat bulu yang membuat kulit saya penuh bentol dan berwarna kemerahan, saya selalu menghindar setiap kali berjumpa dengannya.
Saya sendiri sering merasa heran apa yang menyebabkan gatal tersebut? Apa bulunya? Atau anggota tubuh lainnya? Tetapi, ada anggapan yang mengatakan, apabila kita telah melihat ulat bulunya terlebih dahulu, kita tak akan merasa gatal meski tersentuh olehnya. Benarkah demikian?
Penjelasan singkatnya seperti ini.
Ulat bulu ada bermacam-macam jenisnya. Ada yang beracun, ada yang tidak. Ulat bulu yang beracun memiliki sel kelenjar racun yang terdapat di sepanjang tubuhnya. Sel-sel ini dapat mengeluarkan racun yang akan disalurkan melalui rongga-rongga kecil dalam bulu-bulu ulat itu.
Ketika terkena kulit, bulu akan patah dan bulu akan patah dan keluarlah racun yang menyebabkan rasa gatal dan bentol-bentol merah. Ulat bulu yang tidak beracun dapat juga menyebabkan rasa gatal terutama pada mereka yang alergi terhadap bulu.
Alergi ini timbul sebagai reaksi tubuh kita terhadap benda-benda asing. Tetapi, alergi dapat disembuhkan dengan berpikir positif (sugesti).
Mungkin, pikiran positif itulah yang mendasari anggapan di atas tadi. Jika kita melihat ulat bulunya terlebih dahulu, bila tersentuh olehnya, maka kita tak akan merasa gatal.
Saya telah melakukannya. Dan, memang, kalau melihat ulat bulunya terlebih dahulu, tak akan merasa gatal. Karena, biasanya, saya akan langsung menghindar agar tidak tersentuh olehnya. 😀
Sumber : Intisari, Januari 2006
