Belut..Siapa yang belum tahu binatang satu ini?
Selain dikenal sebagai salah satu sumber makanan yang bergizi tinggi, belut juga dikenal dalam ungkapan karena sifat-sifatnya. ‘Licin bagai belut’, tentunya ungkapan ini sudah seringkali kita dengar. Biasanya, merujuk pada pelaku kejahatan yang tak mudah ditangkap. Terkadang juga dipakai kepada pemain sepakbola. 😀
Tapi, apa memang belut sulit ditangkap?
Kulit belut berlendir, itu salah satu alasan yang membuatnya sulit ditangkap. Alasan lainnya adalah belut lebih sulit jika ditangkap dari tempat persembunyiannya. Mengapa? Karena, rumah belut terbilang unik. Rumahnya terdiri dari 2 pintu; satu untuk pintu masuk, dan satu lagi untuk pintu keluar.
Dan, ia merancang seperti itu tentunya bukan tanpa maksud. Selain untuk memudahkannya keluar masuk rumah, pintu keluar juga dapat berfungsi sebagai lubang pengintai, lubang penyelamat, juga sebagai lubang daya tipu.
Masih ada lagi yang membuat belut terkenal sebagai binatang yang licin. Ini jadi rahasia kita saja, ya!..Jangan disebar-sebarkan kepada yang lain..*ha..ha..Jadi, belut ini juga berganti kelamin. Begitu dewasa, si belut berubah dari betina menjadi jantan. (ga aneh lah ya?..belut, kan, emang hewan hemafrodit..:-D)
Ceritanya lengkapnya begini. *keukueh pengen ngegosip*
Terus terang saja, meski terkenal dengan kelicinannya baik secara fisik maupun karakternya, belut jantan ternyata merupakan seorang ayah yang baik. Setelah proses pembuahan dilakukan malam hari, pada pagi harinya, belut betina akan bertelur. Proses pembuahan pada belut memang singkat dan produktif. Telur-telur yang dikeluarkan belut betina akan melayang-layang di atas lubang sarang. Kemudian, belut jantan akan mencaplok telur-telur itu agar selamat dari gangguan para pemangsa.
Telur-telur itu kemudian dibawa oleh ke belut jantan dan disemburkan ke dalam sarangnya. Belut jantan pun menanti dengan sabar hingga telur-telur itu menetas. Dia, belut jantan itu lebih peduli kepada anak-anaknya dibanding pasangannya. Sehingga, karena merasa ‘diabaikan’ oleh sang jantan, sang betin apun kemudian mengundurkan diri, menjauh sejauh-jauhnya..Hiksss..ternyata, ‘pengabaian’ pun tidak hanya dirasakan oleh manusia saja. Pengalaman serupa pun sering dirasakan oleh hewan *aposeh?*..ha..ha..
Telur-telur itu menetasnya tidak pada waktu yang bersamaan. Setelah menetas, mereka masih sangat lembut dan lemah. Panjangnya sekitar 2 cm dan belum berani keluar sarang. Dan, sang ayah tetap menjaga mereka dengan telaten. Satu keanehannya, semua telur yang menetas itu tak satupun yang berkelamin jantan!
Lho? Koq?
Jadi, bapak belut tadi, kan, ketemu belut betina..Itu belut betina darimana? Ternyata, itu belut betina yang masih ABG. Karena, ketika sudah dewasa dan panjangnya mencapai 30 – 40 cm, secara otomatis, belut betina berubah menjadi jantan.
Kebayang juga, ya?..Ketika ngejar-ngejar belut betina. Terus, belut betina nya masuk sarang. Keluar-keluar taunya udah berubah jadi jantan. Ha..ha..Yang nungguin di depan sarang bingung, koq, yang dikejar ga keluar-keluar?
Itulah belut. Ternyata, memang licin.
😀
Sumber : Intisari Maret 2005