Kita tentunya tak asing lagi dengan menu hidangan nasi satu ini. Kehadirannya menjadi hidangan wajib saat kita memperingati suatu acara/peristiwa. Hidangan satu ini dibuat dari nasi yang berbentuk kerucut dan dilengkapi dengan lauk pauknya.
Yup, tumpeng!
Darimana asal dan sejak kapan orang mengenal tumpeng tidak diketahui secara pasti. Konon, sejak zaman Majapahit, tumpeng selalu hadir dalam suatu perayaan sebuah peristiwa tertentu.
Mengapa tumpeng identik dengan bentuk kerucut? Ternyata, bentuk kerucut tersebut merupakan tiruan dari gunung Mahameru. Di dalam mitologi Hindu, gunung Mahameru dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa-dewi. Karena itu, masyarakat mengartikan tumpeng sebagai simbol kebahagiaan dan kemakmuran. Makanya, kita sering menjumpai tumpeng pada acara-acara selamatan atau syukuran.
Tidak seperti zaman sekarang di mana tumpeng kebanyakannya berwarna kuning, tumpeng dulunya, berwarna putih. Tumpeng ini dikenal dengan sebutan tumpeng Megono. Sedangkan, para nenek moyang kita tak pernah membuat nasi kuning dalam bentuk kerucut.
Lauk-pauk sebagai pelengkap tumpeng juga sebenarnya sudah ditentukan. Bahan-bahan lauk pauk tersebut diambil dari bahan-bahan yang mewakili unsur-unsur kehidupan. Seperti, bahan yang dari langit, diwakili oleh ayam; yang dari tanah, diwakili oleh sayuran; sedangkan yang dari air, diwakili oleh ikan.
Sayuran dan lauk-pauk penyerta tumpeng tidak semata-mata hanya sebagai pelengkap nasi saja. Tetapi, semua pelengkap tumpeng itu mengandung perlambang dan pengharapan tertentu.
Di dalam tumpeng biasanya terdapat sayuran, seperti tauge, kacang panjang, kangkung, dan bayam. Juga, ada telur rebus yang utuh (tidak dibelah) dan ika n asin/gereh petek. Kesemua lauk pauk itu mengandung perlambang.
Tauge, misalnya, melambangkan kreativitas. Sedangkan, kacang panjang (tidak dipotong-potong) melambangkan berpikir panjang. Kangkung mengandung pengharapan agar usahanya selalu maju karena sifat kangkung yang selalu maju. Adapun bayam melambangkan kehidupan yang ayem tentrem (aman damai).
Sementara, telur rebus utuh, yang tidak dibelah itu mengandung arti kebulatan tekad atas suatu tindakan yang telah diputuskan. Ikan teri/gereh petek mengandung harapan akan kerukunan, selalu dikelilingi oleh teman-teman.
Pelengkap yang disebutkan di atas tadi, merupakan pelengkap yang semestinya ada bila membuat tumpeng. Untuk pelengkap lainnya, bisa ditambah dengan hidangan lain, seperti perkedel, tahu/tempe bacem, kering tempe, rempeyek, dll.
Seiring berkembangnya zaman, seolah keluar dari pakemnya, bentuk tumpeng tidak lagi melulu kerucut putih polos . Saat ini, kita sering menjumpai tumpeng dengan bentuk bertingkat seperti tangga. Dan, nasi kuning pun sekarang sering dibuat tumpeng. Memang, warna tumpeng pun jadi tampil lebih cantik dan menarik. Lauk-pauk dan pelengkapnya pun lebih bervariasi.
Itulah sekilas tentang tumpeng dan arti yang terkandung di dalamnya. Mudah-mudahan bermanfaat. ^_^