Buah ini dikenal dengan sebutan ‘buah roti’, istilah kerennya ‘bread fruit‘.Sedangkan, nama Jawanya adalah ‘sukun’. 😀
Buah ini mirip timbul/kluwih. Bedanya, buah sukun tidak memiliki biji. Disebut sukun karena dalam bahasa Jawa, sukun artinya tanpa biji. Sehingga, ada beberapa buah yang juga dikenakan kata ‘sukun’ untuk menandai bahwa buah tersebut merupakan jenis buah tidak berbiji. Contohnya, jambu sukun (jambu klutuk yang tidak berbiji), dan durian sukun (durian yang tidak berbiji).
Pohon sukun termasuk tumbuhan tinggi, berdaun lebar. Daunnya yang lebar digunakan untuk pakan ternak dan, katanya, biasa juga untuk membungkus makanan.
Buah sukun biasa dimasak dikukus atau digoreng. Setelah dimasak, buah ini selain bertekstur empuk, warna dan rasanya pun mirip roti tawar. Sehingga, orang-orang Eropa menyebutnya sebagai buah roti. Dan, memang, buah ini sering dijadikan pengganti roti karena termasuk sumber pangan pengganti karbohidrat.
Konon, Kapten Cook (penjelajah Inggris), mencari buah sukun sampai ke benua Australia. Di berbagai kepulauan tropis, terutama Pasifik dan Asia Tenggara, sukun dimakan sebagai bahan makanan pokok, pengganti roti, kentang, dan beras. Karena, di sana, sukun berbuah tanpa mengenal musim sehingga dapat diperoleh setiap saat.
Untuk mendapatkan buah sukun yang baik agar ketika setelah dimasak, sukun akan bertekstur seperti roti, pilihlah buah sukun yang tidak terlalu tua benar. Jika memiliki pohon sukun, petiklah sukun sebelum terlalu matang agar tidak cepat membusuk. Sukun yang baik, dagingnya putih seperti tepung dan tidak lembek.
Umumnya sukun hanya dibuat sebagai makanan selingan, seperti digoreng, dikukus, ataupun dibuat kolak. Sedangkan, sukun dapat diolah menjadi berbagai makanan, seperti dibuat gulai, bisa juga dibuat lontong atau ketupat.
Jadi, sebenarnya, sukun pun menjadi salah satu buah yang ikut berperan dalam penganekaragaman makanan di Indonesia.