Daun Pisang, Si Pembungkus yang Kian Tersingkir

Siapa yang tak mengenal daun pembungkus satu ini?
Meski keberadaan tumbuhan yang daunnya memiliki fungsi sebagai pembungkus makanan ini semakin sedikit, tetapi, tetap keberadaannya takkan bisa hilang sepenuhnya dari dunia kuliner tradisional Indonesia.

Yup, yang dimaksud adalah daun pisang.

Biar bagaimana pun, daun pisang takkan lepas dari dapur Indonesia sekalipun kini banyak wadah bungkus dari plastik.

Daun pisang dapat memberikan citarasa dan aroma yang khas pada makanan yang dibungkusnya sehingga dapat menerbitkan selera makan.

Selain menimbulkan citarasa dan aroma yang menimbulkan selera, daun pisang dapat menjadi pembungkus yang sangat menarik. Pendek kata, makanan yang tak berbentuk pun, jika dibungkus dengan daun pisang dapat menjadi suatu makanan yang berbentuk menarik, dan menggugah selera.

Zat linin yang terdapat pada daun pisang membuat makanan yang dibungkus daun tersebut akan tetap lembab dan tidak lengket, seperti yang sering kita lihat pada kue-kue tradisional.

Zat linin yang terdapat pada daun pisang atersebut ternyata juga dimanfaatkan oleh masyarakat-masyarakat pada zaman dahulu. Pada zaman dahulu, ketika banyak masyarakat masih menggunakan setrika arang, biasanya, di bawah alat setrika arang tersebut dialasi dengan selembar daun pisang. Hal ini dimaksudkan agar alat setrika yang telah panas tidak mudah lengket ketika mengenai bahan yang akan disetrika. (daun pisang berfungsi sebagai pelicin, anti lengket)

Sebagai pembungkus makanan, daun pisang yang terbaik untuk digunakan adalah pisang batu. Karena, daun pisang batu bersifat ;entur, tidak mudah pecah, warnanya hijau tua menarik, juga permukaannya mengkilap. Kalau menggunakan daun pisang yang lain, sebelum digunakan, jemur atau kukus dulu sampai layu agar daun tidak kaku/pecah.

Tetapi, meski demikian, sebagai bahan pembungkus, daun pisang juga memliki kelemahan. Setelah diambil dari pohonnya, daun pisang tidak akan bertahan lama. Paling lama hanya bertahan 2 – 3 hari. Setelah itu, daun akan layu dan mengering. Karena itu, paling baik daun pisang dipakai pada saat itu juga.

Sepeerti yang kita telah ketahui, kegunaan daun pisang dalam kulinari Indonesia banyak ragamnya. Dia bisa dipakai sebagai alas atau samir pada tumpeng, kue-kue tradisional atau basah. Bisa juga dipakai untuk mencetak serta membungkus kue, seperti kue pisang, dan lontong.

Kita mengenal aneka wujud daun pisang yang dipakai dalam dunia boga. seperti :

  1. Bentuk tum, biasanya dipakai untuk membungkus gado-gado atau nasi rames.
  2. Bentuk kerucut, biasanya dipakai untuk membungkus nasi uduk.
  3. Bentuk takir bulat, biasanya dipakai untuk membungkus kelepon.
  4. Bentuk takir segiempat, biasanya dipakai untuk kue sumsum atau kue talam.
  5. Bentuk silinder langsing, biasanya dipakai untuk membungkus sekaligus mencetak lontong, buras, arem-arem.
  6. Bentuk segiempat, biasanya dipakai untuk membungkus kue nagasari atau kue bugis. Bentuk segitiga untuk membungkus nagasari isi ayam.

Semua bentuk pembungkus dari daun pisang tersebut cantik-cantik dan unik. Hal tersebut termasuk salah satu warisan budaya yang tinggi nilainya. Sayangnya, sesuai kemajuan zaman, perlahan-lahan, peran daun pisang dalam dunia boga indonesia mulai tergeser. Keberadaannya telah tergantikan oleh plastik, kertas tahan air, aluminium foil, plastik khusus tahan panas. dsb.

Memang bahan pembungkus tersebut tahan lama, lebih praktis, tetapi tidak memberikan aroma yang khas. Untuk itu, tinggal diserahkan kepada para pengguna, mau memilih yang mana?..

Website | + posts