Semakin Banyak Pakaian Semakin Tidak Ramah Lingkungan

Semakin Banyak Pakaian Semakin Tidak Ramah Lingkungan

Banyak orang di berbagai belahan dunia, sejak beberapa tahun belakangan ini merasa khawatir terhadap berbagai perubahan iklim yang terjadi.

Suhu permukaan laut yang terus naik dikhawatirkan akan membuat es di kutub mencair. Pencemaran sungai, kebakaran hutan, kabut asap, semua sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi kehidupan umat manusia, kini dan sekarang.

Oleh karena itu, banyak orang kemudian berniat untuk melakukan sesuatu untuk membantu mencegah bencana yang besar terjadi akibat kerusakan lingkungan. Tidak sedikit orang yang ingin berubah menjadi manusia ramah lingkungan.

Tetapi pertanyaan pertama yang umum timbul adalah bagaimana memulainya? Langkah awal apa yang harus dikerjakan untuk menuju target menjadi manusia yang ramah pada alam dan ling kungan?

Sebuah kebingungan yang dihadapi banyak orang.

Padahal, sebenarnya langkah itu bisa dimulai dengan cara yang sederhana. Tidak perlu harus ikut berkonvoi dan berdemonstrasi gerakan pecinta lingkungan hidup. Langkah pertama bisa dilakukan dari rumah sendiri.

Tepatnya, lemari pakaian Anda.

Hitung saja ada berapa banyak jumlah pakaian yang tertumpuk atau tergantung di dalamnya. Semakin banyak jumlah pakaian yang Anda miliki, semakin tidak ramah lingkungan Anda.

Kok begitu?

Pernahkah Anda menyadari pengorbanan yang diberikan lingkungan untuk membuat dan mengurus sepotong baju atau celana ? Penelitian menunjukkan bahwa selama masa pakainya, sebuah celana jeans, seperti Levi’s akan menghabiskan 8000 liter air.

Hanya sepotong celana saja.

Bagaimana kalau Anda punya 10 jeans ? Hal itu berarti 80 ribu liter air dihabiskan hanya untuk memproduksi dan mengurusnya saja.

Bukan hanya celana jeans saja. Semua jenis pakaian yang dipakai manusia pada dasarnya akan memerlukan air untuk menghasilkannya.

Semua.

Air itu dipakai untuk :

  • Menanam pohon katun hingga bisa menghasilkan serat
  • Merubah serat katun menjadi benang
  • Merubah benang menjadi kain mentah
  • Merubah kain mentah, mewarnai hingga menjadi kain
  • Mencuci pakaian berulangkali sampai habis masa pakainya

Itu hanya air saja. Belum termasuk berbagai zat kimia lain yang dipergunakan selama itu, seperti pestisida, pupuk , zat warna, dan berbagai zat kimia lain agar kapas menjadi pakaian.

Jika ditambah lagi dengan polusi udara dan tanah yang disebabkan saat produksi di pabriknya.

Berbagai hal inilah yang menyebabkan industri pakaian atau fashion merupakan salah satu industri paling tidak ramah lingkungan menurut para ahli.

Terjadi begitu banyak kerusakan dan penghabisan sumber daya air untuk memprosesnya.

Itulah mengapa Anda harus melihat isi lemari pakaian untuk melakukan langkah pertama menjadi manusia ramah lingkungan. Semakin banyak pakaian yang berada di dalamnya, semakin tidak ramah lingkungan Anda.

Memang, Anda membayar semua pakaian itu, tetapi, uang yang Anda berikan tidak menyembuhkan kerusakan yang sudah terjadi. Kerusakan itu akan tetap ada dan pada akhirnya akan memberikan dampak bagi banyak orang.

Pandangan ini bukan berarti bahwa Anda tidak boleh atau bisa membeli pakaian.

Jauh dari itu.

Manusia tetap butuh baju, celana, atau pakaian lainnya. Tetapi, ingat saja alasan manusia menciptakan pakaian adalah untuk melindungi diri dari panas, dingin, atau angin.

Sayangnya, kemudian fungsi pakaian berkembang lebih jauh, yaitu sebagai perlambang status, kesenangan, pemuasan ego. Fungsi-fungsi yang semakin jauh dari niat awalnya.

Pembelian pakaian tidak lagi sesuai dengan tujuan awal pakaian diciptakan.

Apalagi, kenyataannya, banyak dari pakaian itu sebenarnya tmenjadi penghuni tetap lemari saja. Seseorang yang memiliki terlalu banyak pakaian, pasti akan memiliki banyak pakaian yang tidak pernah dipergunakan dan hanya menjadi kuncen lemari saja.

Sesuatu yang ironis. Lingkungan sudah rusak , tetapi hasilnya tidak dipergunakan.

Mubazir.

Sia-sia.

Lemari pakaian sebagai langkah awal

Lemari pakaian bisa menjadi langkah pertama untuk meningkatkan level kita pada jenjang manusia ramah lingkungan.

Ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk tujuan itu

  1. Berikan pakaian yang tidak terpakai kepada yang membutuhkan. Setidaknya pengorbanan lingkungan tidak menjadi sia-sia
  2. Jangan beli pakaian baru lagi dan pakai saja dulu yang sudah ada sampai tidak lagi bisa dipergunakan. Hal itu akan menghambat sedikit pencemaran lingkungan akibat proses produksi
  3. Beli pakaian baru dalam jumlah secukupnya saat memang dibutuhkan dan bukan karena sekedar mengikuti tren

Terlihat ringan, tetapi sebenarnya akan sangat berat. Kebiasaan yang sudah terbentuk selama ini harus diubah. Dan, hal itu tidak pernah berhasil.

Bukan hanya di Indonesia loh, tetapi di seluruh dunia. Kebiasaan membeli pakaian yang tidak sesuai fungsi awalnya terjadi di seluruh dunia.

Oleh karena itulah ada gerakan bernama “Project 333” atau proyek 333 yang diinisiasi oleh Courtney Carver dalam bukunya tentang gaya hidup minimalis.

Gerakan ini menantang semua orang untuk hanya menggunakan pakaian sebanyak 33 buah selama 3 bulan.

Baju, celana, sepatu, perhiasan, semua termasuk di dalam angka 33 tadi. Hanya pakaian dalam dan sesuatu yang sifatnya memang penting dan tidak bisa ditinggalkan tidak masuk di dalamnya.

Selama itu tidak boleh ada pembelian pakaian baru.

Semua ini bertujuan untuk merubah kebiasaan manusia dalam berpakaian. Pada akhirnya, tujuannya juga akan mengurangi dampak buruk industri pakaian kepada lingkungan.

Semakin sedikit pakaian, semakin sedikit proses produksi, dan semakin sedikit kerusakan lingkungan yang dihasilkan.

Tantangan yang sudah dicoba dan diakui tidak mudah.

Tetapi, semua itu harus dilakukan demi kelestarian lingkungan sendiri. Tanpa adanya perubahan mindset dan pola pikir dalam berpakaian, tanah, air, udara akan terus menanggung kerusakan yang diakibatkannya.

Nah, itulah mengapa sebagai langkah awal untuk menjadi manusia yang ramah terhadap lingkungan, lemari pakaian adalah tempat yang tepat untuk memulai.

Semakin sedikit pakaian yang ada di dalamnya, tingkat Anda akan naik, dan selangkah lebih maju.

+ posts