Jika Anda berjalan-jalan di salah satu kota propinsi Jawa Barat, mungkin Anda akan melihat sebuah box, mirip dengan kotak telepon umum di Inggris zaman dulu. Di beberapa sisinya akan tertulis Kolecer dengan lambang warna-warni.
Biasanya lokasinya berada di ruang publik, seperti taman kota.
Nah, berarti Anda sedang melihat sebuah wujud ide dari Gubernur Jabar periode sekarang, Ridwan Kamil yang sedang khawatir akan menurunnya minat baca di masyarakat.
Kotak itu sendiri bukan berisi telepon umum, melainkan buku-buku yang tertata dalam beberapa rak kecil yang tersusun lumayan rapi. Mirip dengan yang ada di perpustakaan ? Ya, kira-kira begitulah karena memang bisa dianggap sebagai perpustakaan yang mudah diakses oleh masyarakat.
Hal itu sesuai dengan Kolecer yang merupakan singkatan dari Koleksi Literasi Cerdas. Dengan kata lain, sang gubernur berharap bahwa warganya bisa menjadi manusia yang cerdas dan pandai dengan membaca buku.
Jenis buku di dalamnya juga beragam, mulai dari buku cerita anak-anak, novel remaja, sampai dengan pelajaran bahasa.
Siapapun bisa meminjam buku di dalamnya dan kemudian membaca sambil duduk di sekitar area tama. Tentunya, mengisi waktu senggang dengan membaca dan bersantai pasti lebih baik daripada bengong saja.
Cuma, buku tidak bisa dibawa pulang dan harus dikembalikan setelah selesai atau saat hendak meninggalkan tempat.
Terobosan ini memang dirasa perlu mengingat tingkat minat baca dalam masyarakat Indonesia termasuk salah satu yang terendah di dunia.
Lambang dari kolecer sendiri diambil dari arti kolecer sebenarnya, yaitu baling-baling mainan. Di tanah Sunda, Jawa Barat, di masa lalu (bukan masa sekarang yah), anak-anak biasa berlarian sambil memegang baling-baling mainan yang terbuat dari kertas atau bambu. Biasanya kolecer dipegang dan kemudian dibawa lari agar bisa berputar karena terhembus angin.
Foto Kotak Literasi Cerdas di atas dijepret di Taman Ekspresi, Kota Bogor.
