Di Jakarta, kalau mendengar kata “kondektur” suka atau tidak suka pikiran langsung melayang ke sosok pria berbaju lusuh, dekil, dan bau keringat yang semerbak. Sebuah kesan yang hadir di benak banyak orang mengingat di masa lalu mereka pastinya banyak bersinggungan dengan Metro Mini, PPD, Damri yang pernah menjadi angkutan andalan di ibukota.
Memang kebanyakan kondektur bus di masa lalu gambarannya tidak jauh seperti itu. Ketidaknyaman dan kehidupan di jalanan yang keras, kerap membuat penampilan diabaikan. Lagipula, toh tidak ada yang komplen karena mau tidak mau para penumpang hanya mempunyai sedikit pilihan.
Itu di masa lalu.
Di masa sekarang dimana pemerintah gencar untuk mendorong rakyat beralih ke angkutan umum, seperti bus, penampilan dekil, lusuh, kumuh, dan bau keringat tidak bisa lagi diterima. Pemerintah menyadari bahwa untuk menarik semakin banyak orang menggunakan angkutan umum, kenyamanan mereka perlu diperhatikan.
Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah soal “kenyamanan” dalam berinteraksi dengan awak bus. Bau keringat dan penampilan dekil akan membuat malas calon penumpang, ditambah dengan impresi kurang baik yang hadir.
Oleh karena itu, banyak pengusaha bus mulai membenahi cara awak bus mereka berpakaian. Rapi menjadi keharusan.
Hal itu bisa terlihat dari bagaimana awak bus Metro Trans pada hari Kamis. Mereka terlihat rapi dalam balutan baju batik. Beberapa di antaranya bisa direkam dalam foto di bawah ini.
Para kondektur bus Metro Trans trayek Gondangdia – Tanah Abang ini terlihat keren dan enak dipandang mata.
Dan, mungkin itu salahs atu alasan mengapa bus pengumpan Trans Jakarta ini selalu ditunggu oleh banyak peminatnya, selain tentunya ongkosnya yang hanya 3500 lebih murah daripada naik bajaj, taxi, atau Grab Bike.