Blogging atau ngeblog dalam bahasa Indonesia adalah sebuah kegiatan yang banyak menarik minta banyak orang untuk menggelutinya. Kegiatan ini tidak lagi dipandang sekedar sebagai kegiatan iseng yang dilakukan sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi sudah banyak yang menggelutinya secara serius. Bukan apa-apa blogging menjanjikan dua hal yang sangat diinginkan oleh mayoritas orang di seluruh dunia, yaitu ketenaran dan uang.
Tidak heran kemudian banyak orang berlomba-lomba membuat blog dengan berbagai platform, seperti Blogger, WordPress, Tumblr, atau bahkan Facebook. Semua dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan kedua hal itu. Jutaan blog lahir.
Sayangnya, di antara jutaan blog yang lahir, jutaan pula yang kemudian tumbang. Banyak blog yang kemudian ditinggalkan dan menjadi zombie di dunia maya. Tidak lagi pernah diupdate dan bahkan sudah dilupakan oleh pemiliknya.
Kebanyakan hal itu terjadi karena pemilik blog tersebut menemukan sebuah tantangan baru, yaitu tentang “mengisi blog” yang dimilikinya.
Sebagian besar orang terjun menjadi blogger dengan landasan pemikiran bahwa ngeblog itu mudah. Cukup tuliskan pengalaman selama berwisata, atau berjalan-jalan, atau apapun, maka semua beres dan blog akan mendapatkan ribuan pengunjung dan menjadi tenar.
Mudah.
Tidak salah juga pemikiran bahwa ngeblog itu mudah. Walaupun banyak orang berteori bahwa ngeblog itu susah dan harus memakai teknik ini dan itu, sebenarnya tidaklah demikian. Ngeblog itu tetaplah sebuah cara untuk berbagi kepada sesama dalam bentuk yang abstrak, yaitu pengetahuan dan informasi. Apa yang kita ketahui, itu kita tuliskan di blog dengan harapan siapa tahu ada orang yang memerlukannya.
Jadi, pada dasarnya blogging itu mudah, selama ada niat berbagi.
Sayangnya, sering ada satu hal yang luput dari pemikiran saat mulai membangun blog. Namanya adalah konsistensi.
Sebuah blog bisa diibaratkan sebagai hewan peliharaan atau tanaman yang butuh terus diurus dan diberi “makan”. Kalau tidak diurus dan diberi makan, maka pertumbuhannya tidak akan bagus dan akhirnya akan mati. Contohnya, seekor kucing Angora diberi makan ikan asin, kemungkinan besar bulunya akan rontok dan tidak cantik lagi. Tidak sedikit yang pada akhirnya mati kalau hal itu diteruskan.
Dalam hal ini, “makanan” dari sebuah blog adalah berupa tulisan baru atau yang disebut “posting”, sebagian menyebutkan artikel (terserah Anda mau yang mana).
Tanpa itu, sama dengan tanaman atau hewan peliharaan, sebuah blog butuh itu selama pemiliknya ingin hidup. Sama kan dengan anjing atau kucing? Selama mereka masih hidup maka pemiliknya harus mau memberikan makanan dan minuman. Kalau tidak ya, tewas dengan sukses.
Begitu juga blog.
Pemiliknya harus rajin mengisi blognya dengan tulisan-tulisan baru. Semuanya untuk memastikan bahwa blog itu terlihat “hidup”. Jika, terlihat hidup dan tampil bagus, maka banyak pembaca akan datang dan kemudian kembali lagi untuk membaca.
Sebuah blog yang tidak diberikan update mungkin akan tetap dikunjungi selama beberapa lama. Tetapi, pada akhirnya pengunjung akan merasa bosan karena tidak menemukan sesuatu yang baru (namanya manusia kan pembosan dan ingin selalu yang baru, itu kodrat manusia). Mereka akan meninggalkan blog dan blog menjadi sepi kembali seperti asalnya.
Nah, disinilah tantangan paling berat diantara banyak tantangan lain yang harus dihadapi seorang blogger.
Konsistensi dalam mengisi blog, atau ibaratnya memberi makan blognya.
Berat.
Beratnya ada pada kenyataan bahwa ngeblog itu adalah sebuah perjalanan panjang. Sulit diukur berapa lama hasilnya akan tampak dan berbeda untuk setiap orangnya. Bahkan, tidak sedikit orang yang menemukan bahwa harapan mereka tidak tercapai sama sekali.
Panjang. Lama. Dan, sudah begitu tidak jelas hasilnya.
Itulah yang membuat orang kerap merasa putus asa dan putus harapan saat ngeblog. Mereka berharap tinggi, tetapi kemudian dihadapkan pada sebuah jalan panjang dan tidak berujung.
Perlahan tetapi pasti, rasa itu akan merasuk ke dalam diri sang blogger. Putus asa dan putus harapan akan hadir dan kemudian menggerus niat dan semangat yang pernah ada hingga tak tersisa.
Mudah tetapi berat.
Tidak beda dengan jika Anda mengangkat sebuah gelas minum berisi air 1/2. Pada awalnya akan terasa ringan dan Anda berpikiran bisa melakukannya dalam waktu yang lama. Sejam kemudian Anda akan sudah merasakan pegal di tangan, dan 5 jam kemudian, mungkin Anda sudah pingsan kelelahan.
Begitulah kira-kira ngeblog itu.
Membuatnya mudah. Mengisinya juga mudah, tetapi berat (karena memerlukan waktu yang sangat panjang).
Butuh konsistensi dan manajemen semangat yang baik untuk bisa menjadi blogger yang baik, dan “sukses”. Tanpa itu, rasanya sulit untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Setiap blogger harus mampu memotivasi diri untuk bisa terus berjalan dan berjuang agar blognya tetap hidup. Ia tidak bisa tidak harus terus mendorong dirinya agar mau menggerakkan jari di keyboard untuk mengisi blog.
Percayalah tanpa itu, kemungkinan besar Anda akan segera berhenti menjadi blogger.