Beberapa waktu lalu, di media massa atau media sosial terjadi kehebohan. Seperti biasa, ada yang pro dan kontra dengan pernyataan dari Pak Anies Baswedan bahwa sampah yang menumpuk di berbagai pintu air di Jakarta, salah satunya Pintu Air Manggarai berasal dari “hulu”. Sang gubernur Jakarta memperhalus pernyataannya yang pada intinya sebenarnya mengatakan bahwa Bogor lah yang mengirimkan sampah ke Jakarta (lewat aliran sungai(.
Berbagai tanggapan datang di berbagai media.
Sebagai salah satu warga Kota Hujan, Bogor, tentunya ada sedikit rasa tidak enak di hati tentang tuduhan itu. Meskipun demikian, saya harus mengakui bahwa pernyataan itu BENAR adanya. Tidak salah sama sekali.
Memang, walau menyebalkan, tumpukan sampah yang menjadi salah satu penyebab banjir di ibukota bukan “hanya” berasal dari warga ibukota saja, tetapi juga berasal dari luar daerah.
Bukan tanpa alasan hal itu dikatakan.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat ikut serta dalam kegiatan Komunitas Peduli Ciliwung, salah satu organisasi sukarelawan yang gigih memperjuangkan usaha membersihkan sungai tersebut. Selama ikut dalam kegiatan itu terlihat banyak hal seperti foto-foto yang ada di bawah ini.
Tiga foto ini hanya 3 dari puluhan foto yang saya buat selama mengikuti kegiatan Bebersih Ciliwung yang rutin dilakukan oleh KPC itu. Dan, ini semua hanya dibuat pada satu titik saja, yaitu di kawasan Jembatan Satu Duit, Warung Jambu, Kota Bogor.
Satu titik saja.
Padahal, di sepanjang sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor, banyak sekali titik dimana terlihat gundukan sampah berada di salah satu sisi atau bahkan di tengah aliran sungai itu. Dan, ada belasan kilometer bagian sungai Ciliwung yang melewati Bogor. Bisa bayangkan ada berapa banyak titik serupa?
Masih rendahnya kesadaran masyarakat, terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung inilah yang menjadi penyebabnya. Kebanyakan dari mereka tanpa berpikir panjang akan melemparkan sampah rumahtangganya langsung ke aliran sungai.
Ketika, air sungai surut akan terlihat sampah-sampah itu mengendap di salah satu bagian sungai dan saat debit air sungai naik, sebagian besar sampah-sampah itu akan terbawa aliran sungai Ciliwung. Pada akhirnya, sampah itu akan sampai ke Jakarta.
Jadi, apa yang dikatakan pak Anies Baswedan tidak salah sama sekali. Memang, kota-kota yang berada di bagian hulu sungai atau sepanjang aliran sungai (seperti Depok dan Jakarta juga) turut bertanggungjawab dan berkontribusi terhadap tumpukan sampah yang sampai ke berbagai pintu air di Jakarta.
Fakta ini memang sudah diketahui sejak dahulu . Hanya , volumenya sepertinya semakin hari semakin banyak karena kota yang semakin berkembang.
Hanya pertanyaannya, solusi apakah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal semacam ini. Jika terus dibiarkan, sudah pasti akan selalu terjadi? Pernyataannya benar, tetapi harus ada solusi dalam setiap masalah.
Itu rupanya yang masih belum ditemukan, bahkan setelah puluhan tahun berlalu.