Sunat di banyak negara adalah sebuah tradisi yang kerap dikaitkan dengan kepercayaan terhadap agama. Biasanya dilakukan kepada anak laki-laki yang beranjak akil balik dengan memotong kulup dari “burung”nya. Tradisi yang dianggap wajar.
Tetapi, di banyak negara, ternyata sunat juga diterapkan kepada wanita. Meski tidak semasif yang dilakukan terhadap laki-laki, kebiasaan ini masih diterapkan oleh banyak masyarakan di berbagai belahan dunia.
Menurut catatan UNPFA (United Nation Population Fund – Dulunya bernama United Nations Fund for Population Activities), sebuah organisasi yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sampai dengan tahun 2030 akan ada 68 juta wanita yang akan mengalami tradisi disunat.
Paling tidak hingga saat ini menurut organisasi ini lebih dari 200 juta perempuan yang hidup sampai sekarang mengalami penyunatan.
Sesuatu yang menurut UNPFA harus dihentikan karena sunat terhadap wanita bisa membahayakan kesehatan bagi yang mengalaminya. Juga, mereka berpendapat bahwa tidak ada dasar untuk itu. Banyak mitos yang menjadi dasar sunat wanita, seperti sang wanita menjadi subur.
Oleh karena itu, badan PBB ini sedang terus menerus menggiatkan kampanye untuk menyadarkan masyarakat dunia bahwa tradisi sunat wanita dihentikan. Mereka terus membangun kesadaran bahwa hal itu justru bisa berdampak negatif bagi wanita yang melakukannya dan juga menyakiti.
Kampanye dengan slogan “BORN COMPLETE” atau “TERLAHIR LENGKAP” digiatkan di berbagai negara dan juga lewat dunia maya.
Akun resmi UNPFA tidak henti mengeluarkan cuitan tentang tidak perlunya dilakukan sunat wanita atau kepada anak perempuan.
Girls are born complete. No girl or woman should ever be subjected to female genital mutilation (FGM).
Yet, 200 million girls and women worldwide have undergone FGM – and 68 million more are at risk if we don’t speed up efforts to #EndFGM.
Learn more: https://t.co/lxEvREn2aY pic.twitter.com/NWbG7yPArm
— UNFPA (@UNFPA) February 6, 2019
Begitu juga di laman resmi websitenya, UNPFA memasang berbagai testimoni untuk merubah kesadaran masyarakat terhadap tradisi yang satu ini.
Sebuah hal yang akan mendapat tantangan tersendiri di Indonesia. Sebuah negara dimana masyarakatnya masih kental menganut tradisi yang sudah turun temurun, dan salah satu diantaranya yang masih dijalankan adalah tentang sunat wanita/perempuan.
Bisakah kampanye “born complete” ini merubah pola pikir masyarakat dan menghentikan tradisi yang satu ini?
Sesuatu yang hanya waktu yang bisa menjawabnya.