Mengapa Koki Atau Juru Masak Di Restoran Menggunakan Tutup Kepala?

Mengapa Koki Di Restoran Menggunakan Tutup Kepala?

Pernahkah Anda pergi ke restoran, baik restoran siap saji atau restoran jenis lainnya yang bertaraf “inetrnasional”. Setidaknya yang namanya sudah dikenal di dunia.

Anda akan menemukan ada satu kesamaan, terutama pada seragam yang dikenakan oleh koki atau juru masaknya. Bahkan, lebih jauh lagi, petugas-petugas restoran tersebut yang berada di bagian dapur akan mengenakan satu perlengkapan yang selalu dikenakan.

Perlengkapan itu adalah tutup kepala. Bentuknya bisa beragam, mulai dari topi berbentuk peci sampai semacam topi koki yang tinggi. Biasanya berwarna putih, tetapi tidak jarang ada yang hitam atau berwarna lainnya.

Cobalah lihat di beberapa restoran Jepang yang umum ditemukan di Indonesia, seperti Marugame Udon atau Ichiban Sushi. Kedua restoran ini semakin melebarkan sayap dan membuka cabang di berbagai kota Indonesia.

Anda akan menemukan bahwa koki atau petugas bagian dapur, selain berseragam putih, memakai sarung tangan, dan juga topi atau penutup kepala berwarna putih.

Lalu, sebenarnya apakah fungsi dari tutup kepala tersebut bagi para staff restoran di bagian dapur? Apakah hanya sekedar mode, sekedar melaksanakan instruksi perusahaan, atau supaya menarik perhatian?

Pada dasarnya, bukan semua itu.

Penyebab mengapa penutup kepala merupakan standar yang dipergunakan bagi mereka yang berurusan dengan memasak di reto-resto itu adalah “RAMBUT” dan segala sesuatu yang terkait dnegan bagian tubuh itu.

Rambut adalah bagian alami dari manusia dan setiap manusia pasti mempunyai (kecuali ia mencukur botak kepalanya). Masalah utamanya adalah bagian tubuh manusia yang stau ini gampang rontok dan sering tidak disadari oleh si empunya. Bisa karena perawatannya kurang atau karena akibat gesekan dengan benda lain.

Tanpa penutup kepala, maka rambut yang rontok dari kepala seorang koki bisa masuk ke dalam makanan yang akan disajikan.

Hal ini bisa mengakibatkan masalah serius, seperti :

1. Pembeli menolak makanan karena merasa jijik. 

Meskipun hampir semua orang menganggap remeh hal ini, tetapi kebanyakan orang akan merasa segan memakan sajian dimana di dalamnya ada sehelai rambut

Penolakan untuk memakan berarti sang pembeli tidak akan mau membayar dan hasilnya akan ada kerugian yang dialami si restoran.

2. Malu

Sebuah restoran adalah bisnis dan setiap bisnis mengandalkan kepercayaan pembeli kepadanya. Sehelai rambut di dalam makanan bisa menimbulkan rasa malu kepada restorannya.

Mereka akan dianggap tidak mampu menjaga kebersihan dan tidak bisa menyajikan makanan yang higienis.

Jika hal ini tersebar, hasilnya akan berimbas buruk kepada restoran tersebut karena orang akan enggan datang dan membeli apa yang disajikan. Semua merasa khawatir bahwa makanannya akan tercemar oleh rambut pegawai resto tersebut.

3. Tuntutan Hukum

Dari kesemua masalah yang ditimbulkan oleh rontoknya sehelai rambut adalah yang satu ini.

Bentuknya adalah tuntutan hukum. Sudah banyak terjadi pelanggan yang menuntut restoran dimana mereka makan karena ditemukan adanya rambut di piring sup atau makanan yang mereka pesan.

Salah satu kasus terjadi di Tiongkok (Cina) dimana seorang pembeli diputuskan menang dan mendapat ganti rugi hampir 8 kali lipat harga makanan yang dibelinya. Seorang pemuda bernama Zhang di Ningbo City memesan sup seharga 16 Yuan (sekitar Rp. 35 ribu) dan menemukan sehelai rambut di dalam supnya.

Ia menuntut ke pengadilan dan mendapatkan ganti rugi 1.016 Yuan atau sekitar 230.000 rupiah.

Bayangkan saja kalau pegawai dapur di sebuah restoran punya masalah rambut rontok dan ia tidak mengenakan tutup kepala. Bisa berapa banyak uang yang harus keluar untuk memberikan ganti rugi?

Belum ditambah kalau kasus ini kemudian beredar di dunia maya. Hal itu sama dengan hancurnya nama baik restoran.

4. Kecurangan

Yang terakhir adalah mencegah kecurangan. Banyak orang yang hendak makan gratis kerap meletakkan rambutnya sendiri ke dalam makanan yang sudah dimakannya. Tentunya, tujuannya agar si restoran merasa bersalah dan meminta maaf dengan menggratiskan makanan yang sudah dimakan.

Kerap juga si restoran akan memberikan ganti rugi lain.

Tentunya hal ini tidak menguntungkan bagi pengelola restoran. Selain uang, namanya juga bisa rusak. Dengan memerintahkan para staffnya mengenakan penutup kepala, mereka bisa memberikan bukti bahwa rambut tersebut hampir tidak mungkin berasal dari juru masaknya.

Itulah alasan mengapa koki atau juru masak atau petugas bagian dapur restoran umumnya akan mengenakan tutup kepala. Hal ini sekarang sudah menjadi sebuah standar pelayanan internasional dan diterapkan secara luas.

Jadi, jangan heran kalau melihat banyak staff restoran yang berpeci atau berpenutup kepala.

+ posts