DC 3 Dakota adalah sebuah pesawat angkut yang berperan besar mengubah jalannya Perang Dunia II. Ratusan ribu prajurit diangkut dan dipindahkan menggunakan pesawar buatan Douglas Aircraft Company, yang sekarang merupakan bagian dari McDonnel Douglas setelah bergabung pada tahun 1967.
Puluhan ribu DC 3 diproduksi antara tahu 1936-1950. Versi militernya yang dikenal dengan C-47 Skytrain (Kereta Udara) dibuat lebih dari 10 ribu buah untuk memenuhi keperluan pengangkutan pasukan dalam Perang Dunia II.
Versi sipil hanya diproduksi sebanya kurang lebih 607 buah saja dan dihentikan pada tahun 1942. Hal itu terjadi bukan karena sedikit peminatnya, pesawat berbaling-baling dan dapat mengangkut penumpang sebanyak 21-32 orang ini, tetap sangat populer dan disukai karena kebandelannya. Masalah utama pada versi sipil adalah setelah perang berakhir, ia mendapatkan pesaing, yaitu versi militernya yang berlebihan. Versi militer ini , C-47, kemudian dijual dan doperasikan oleh berbagai maskapai.
Ketangguhan DC 3 Dakota juga membuatnya diproduksi oleh beberapa negara lain (di bawah lisensi) , seperti Rusia yang melahirkan Lisuno Li-2 dan Jepang Showa Nakajima L2D.
Meskipun kemudian digantikan oleh berbagai pesawat angkut/penumpang lain, tercatat pada tahun 2013, +- 2000 pesawat DC3 dan turunannya masih aktif terbang.
Pesawat ini juga merupakan satu pesawat pertama yang dioperarikan oleh Republik Indonesia. Hasil patungan rakyat Aceh menghadirkan pesawat DC 3 Dakot di Indonesia. Kode pesawat ini adalah RI-001 Seulawah yang kemudian menjadi cikal bakal dari perusahaan penerbangan (Garuda) Indonesian Airways.