Tempat wisata, selalu menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Bukan hanya karena keindahan atau kegembiraan saat berada disana, tetapi juga karena apa yang dialami mereka yang berkunjung kesana.
Salah satu topik yang paling sering dibahas dan kerap menjadi bahan pembicaraan adalah betapa harga makanan dan minuman di tempat wisata lebih mahal dibandingkan harga umum atau harga pasaran. Seperti contoh, harga sebotol Teh Botol yang di minimarket dijual Rp. 7.500 (botol plastik) kerap harus ditebus dengan harga 2 kali lipat kalau membelinya di kawasan wisata.
Banyak yang mengeluhkan hal itu dan beranggapan kalau pedagang disana mengambil keuntungan terlalu besar dari barang dagangannya.
Padahal, sebenarnya hal itu termasuk wajar dan bisa selalu diharapkan. Tidak berarti pedagang di destinasi wisata tidak mengambil keuntungan yang umum. Itu tetap merupakan salah satu alasan saja, tetapi bukan 100% karena masalah keuntungan saja.
Ada beberapa hal lain, seperti :
1. Biaya Sewa Tempat
Jangan berpikir pedagang di sebuah lokasi wisata tidak perlu membayar sewa tempat untuk bisa membuka lapaknya. Pasti ada biaya yang harus keluar dari kantongnya untuk mendapatkan izin berdagang.
Dan, tentunya, karena pengelola tempat wisata memiliki tempat terbatas untuk para pedagang, mereka tidak akan “menjual” murah. Biaya sewanya biasanya lebih mahal dibandingkan tempat biasa karena sudah pasti akan dikunjungi banyak orang.
Biaya sewa yang lebih mahal ini akan kemudian dimasukkan ke dalam harga makanan dan minuman yang dijual.
2. Ongkos Transportasi
Bisakah para pedagang di kawasan pelancong menyimpan barang dagangannya disana? Pasti tidak. Biasanya hal itu dilarang dan juga akan merugikan pedagang itu sendiri karena resiko kehilangan.
Mau tidak mau, mereka harus mengangkut barang dagangannya dari dan ke tempat penyimpanan .
Dan, untuk itu, sudah pasti mereka harus mengeluarkan ongkos transportasi setiap hendak berdagang. Berbeda dengan berbagai minimarket, seperti Indomaret atau Alfamart yang punya tempat penyimpanan sehingga ongkos angkut cukup sekali saja, para pedagang ini harus bolak balik membawa barang dagangannya setiap kali berdagang.
Lumayan besar angkanya kalau dihitung. Tentunya, ongkos ini akan dibebankan kepada pembeli.
3. Membeli Dalam Jumlah kecil
Jangan bandingkan dengan minimarket yang bisa membeli dalam jumlah sekaligus banyak. Otomatis mereka akan mendapatkan harga diskon yang rendah. Para pedagang di kawasan wisata kebanyakan tidak bisa melakukan hal itu dan harga beli mereka akan lebih tinggi.
4. Kompetisi Kurang
Sebuah lokasi wisata tidak akan memiliki terlalu banyak pedagang makanan dan minuman. Kalau terlalu banyak, maka tempat wisata itu justru menjadi tidak nyaman.
Jadi, hanya akan ditemukan sedikit pedagang makanan dan minuman. Bahkan, tidak jarang pengelola akan menempatkan sedikit saja di dalam lokasi wisata yang dikelolanya dan antar setiap pedagang akan diberikan jarak tertentu agar tidak bertumpuk di satu tempat.
Hal ini membuat kompetisi sangat kurang. Pembeli hanya punya pilihan membeli atau harus berjalan ke penjual lain, yang entah berada dimana.
Belum lagi ada pengaturan tersendiri dimana kebanyakan pedagang makanan dan minuman di lokasi wisata sudah membuat persetujuan sendiri tentang harga jual agar tidak saling menjatuhkan.
Otomatis, mau dibeli dimanapun harganya sama.
5. Pembeli Tidak Begitu Peduli Harga
Berwisata adalah membelanjakan uang untuk kegembiraan dan kesenangan. Pada situasi demikian kerap para wisatawan tidak berpikir terlalu panjang untuk membeli sesuatu. Selama mereka senang, ya dibeli.
Hal itu juga dipahami betul oleh para pedagang. Mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan marjin keuntungan yang agak lebih besar dari yang biasa diambil.
Wajar?
Ya wajar saja. Bahkan menurut teori bisnis sekalipun harga makanan dan minuman di tempat wisata yang lebih mahal, semua berjalan sesuai dengan teori ekonomi.
Tidak ada yang salah.
Harga tidak ditentukan satu dua faktor saja. Juga tidak ditentukan selalu oleh pasar. Ada banyak situasi dimana harga dikendalikan oleh penjual dan bukan pembeli. Dalam hal tempat wisata, adalah pasar dimana pedagang memiliki “kuasa” dan posisi lebih kuat.
Jadi, kalau tidak mau membayar terlalu mahal untuk makanan dan minuman, ada baiknya pelancong mempersiapkan diri untuk membawa bekal sendiri atau setidaknya membeli sebelum asuk ke lokasi wisata itu.