AIDS/HIV Tidak Menular Melalui Pelukan atau Sentuhan – Pesan Azima

AIDS/HIV Tidak Menular Melalui Pelukan atau Sentuhan - Pesan Azima

Sulit membayangkan rasanya menjadi seorang penderita AIDS di dunia. Bukan hanya karena ketakutan terhadap apa yang terjadi pada dirinya karena salah satu penyakit yang hingga sekarang belum ada obat patennya itu, tetapi juga karena perlakuan yang diterimanya dari masyarakat.

Masih banyak sekali orang yang merasa takut terhadap para pengidap AIDS/HIV. Bisa dimaklum mengingat berbahayanya penyakit yang satu ini. Tetapi, tidak berarti bahwa penularan penyakit yang satu ini begitu mudah, seperti menyentuh penderita AIDS berarti akan langsung tertular.

Banyak sekali anggota masyarakat yang karena ketidaktahuannya ini memperlakukan penderita AIDS sebagai sumber “bahaya” yang harus dihindari. Dan, hal ini menghadirkan tekanan tersendiri pada mereka yang mengidapnya. Mereka dijauhkan dan diisolasi dari kehidupan.

Belum ditambah dengan stigma buruk bahwa penderita AIDS/HIV adalah orang berkelakuan buruk dan bertingkah laku buruh. Padahal tidak selalu demikian. Banyak sekali penderitanya yang tertular penyakit ini dari hal-hal yang tidak disangka, seperti tranfusi darah.

Salah satu orang bernasib malang itu adalah Azima, seorang gadis Uzbekistan berusia 16 tahun pada saat tulisan ini dibuat. Ia divonis mengidap penyakit berbahaya itu sejak usia 6 tahun. Usia yang sangat belia.

Gadis ini mendapatkannya bukan karena pergaulan yang buruk. Bahkan, mungkin ia terjangkit sejak usia yang lebih muda lagi, yaitu ketika ia lahir.

Azima lahir secara prematur pada usia kandungan 7 bulan. Untuk mempertahankan hidupnya, dokter di rumah sakit terpaksa harus melakukan tranfusi darah dan dari sanalah Azima tertular HIV.

Hal yang pada akhirnya baru diketahui 6 tahun kemudian ketika ia sering sekali sakit dan kemudian dokter menemukan bahwa ia tertular AIDS.

Kenyataan yang pahit yang harus diterimanya karena kemudian ia mendapatkan banyak tekanan karena dianggap berbeda dan berbahaya oleh sekitar. Bahkan, neneknya sendiri pernah menyalahkannya karena bisa terjangkit penyakit itu.

Pada usia 9 tahun, ia kemudian dibawa oleh neneknya ke sebuah pusat penanganan penderita AIDS yang didukung UNICEF (United Nation Children’s Fund). Disanalah ia menemukan banyak hal tentang penyakit yang dideritanya. Salah satu yang diketahuinya adalah mengenai masalah pandangan masyarakat terhadap para OHDA (Orang Hidup Dengan AIDS).

Ia menemukan masih banyak mispersepsi yang menganggap bahwa mereka bisa tertular ketika bersentuhan dengan penderita. Sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak benar karena virus HIV tidak berpindah sekedar karena sentuhan.

Untuk itulah, dengan didukung UNICEF, Azima melakukan sebuah usaha untuk membangkitkan kesadaran dalam masyarakat bahwa penderita AIDS bukanlah bahaya. Mereka tidak berbeda dengan yang lain butuh sentuhan kasih sayang dan bukan diisolasi atau dianggap makhluk berbahaya.

Azima melakukannya dengan duduk di sebuah tempat yang ramai. Ia menempelkan beberapa kertas bertuliskan “I am HIV Positive – Hug Me!” (Saya pengidap HIV – Peluk Saya). Sesuatu untuk menekankan bahwa sama sekali tidak berbahaya bahkan untuk memeluk seorang pengidap.

Responnya luar biasa.

Meskipun ada beberapa orang yang bingung harus berbuat apa dan kemudian mengacuhkannya, banyak sekali orang yang kemudian datang dan tidak segan memeluk gadis ini. Silakan lihat dalam video ini.

Sebuah hal sederhana tetapi karena ketakutan terhadap penyakit itu, banyak orang tidak mau melakukannya. Padahal, hal itu sangat membantu kepada penderita untuk tetap semangat dan berjuang menghadapi penyakitnya.

Paling tidak, sebuah pelukan terhadap pengidap HIV akan membuatnya merasa diperlakukan sebagai orang normal dan bukan benda berbahaya yang harus dijauhkan dan diisolasi.

(Kisah asli (berbahasa Inggris) ini dapat diikuti di : Out of Darkness into My Light : My Story)

+ posts