Babi bersaudara dengan domba? Mana mungkin? Tetapi, kalau melihat fisik babi Mangalitsa, tidak terhindarkan ada kesan itu timbul. Semua itu terjadi karena berbeda dengan babi pada umumnya, babi yang satu ini memiliki fisik yang mirip dengan domba, yaitu pada ketebalan bulunya.
Jika babi-babi pada umumnya bisa dikata hampir tidak berbulu, kecuali babi hutan, babi Mangalitsa justru memiliki bulu keriting yang tebal sekali, mirip dengan bulu pada domba atau biri-biri.
Oleh karena itu, tidak heran kalau ada yang menduga bahwa babi yang satu ini sebagai salah satu hasil kawin silang antara babi dengan domba.
Padahal sebenarnya tidak.
Hewan apa Babi Mangalitsa itu?
Bukan. Babi Mangalitsa atau Mangalica bukanlah hasil perkawinan silang babi dengan domba.
Mangalitsa atau Mangalica adalah jenis babi yang langka asal Hungaria yang memiliki pertumbuhan rambut keriting yang tidak biasa di atas tubuhnya, mirip dengan domba.
Bulunya yang mirip bulu domba domba bisa berwarna hitam, atau merah, tetapi paling sering berambut pirang. Satu-satunya spesies babi lainnya yang tercatat memiliki bulu panjang adalah Lincolnshire Curly Coat dari Inggris yang sudah punah.
Mangalica adalah babi terakhir yang memiliki bulu yang tidak biasa ini, dan pernah hampir punah pada tahun 1990-an, ketika kurang dari 200 ekor babi yang tersisa.
Pembibitan Mangalitsa dimulai pada 1830-an di era Kekaisaran Austro-Hungaria setelah Archduke Joseph Anton Johann, putra ketujuh dari Kaisar Romawi Leopold II, menerima beberapa babi Sumadija dari pangeran Serbia. Kemudian hewan ini dikawinkan dengan babi asli Hungaria dari jenis Bakony dan Szalonta.
Mangalitsa yang dihasilkan memiliki rambut keriting dan cenderung memiliki badan yang besar.
Awalnya babi itu disediakan untuk keluarga Bangsawan Habsburg, tetapi karena rasa dagingnya yang lezat itu membuat hewan ini menjadi sangat populer pada akhir abad ke-19.
Jadi, babi Mangalitsa bukanlah keturunan babi dan domba meskipun bulunya sangat mirip.
Terselamatkan Oleh Konsumsi
Babi Mangalitsa pernah hampir punah pada tahun 1990, bukan karena konsumsi yang berlebih, tetapi justru karena tidak banyak peternak yang mau memelihara hewan ini.
Pemeliharaan hewan ini meski tidak rumit, menjadi sulit karena pertumbuhannya tidak secepat babi pada umumnya. Sebuah hal yang kurang menguntungkan bagi para peternak yang tentunya berharap bisa cepat menghasilkan uang dari hewan yang dipeliharanya.
Beberapa karakter pemeliharaan si Mangalica ini memang menjadi penghambat untuk bersaing dengan babi untuk diternakkan.
- Pertumbuhan lambat, dibutuhkan sekitar 15 bulan bagi mereka untuk mencapai usia ideal untuk konsumsi dibandingkan dengan enam bulan untuk babi konvensional
- Butuh ruang yang besar, mereka aktif dan suka menggali dan membutuhkan ruangan untuk melakukannya
- Kebutuhan akan ruangan yang besar membuat sebagian besar petani meninggalkan jenis ini di luar rumah sepanjang tahun bahkan termasuk anak babi.Sesuatu yang meningkatkan resiko kematian atau kehilangan
- Kemampuannya beranak pun rata-rata hanya 6 dibandingkan dengan 13-14 untuk babi konvensional
Tetapi, dengan usaha keras dari Asosiasi Nasional Hungaria dari Peternak Babi Mangalitsa, populasi hewan ini terus bertambah. Salah satu poin yang menjadi dasar mempopulerkan babi ini adalah
- Dagingnya adalah daging babi terlezat di dunia
- Dagingnya mengandung Omega 3 dan antioksidan alami karena makanan yang dimakannya adalah gandum dan jagung
- Lemak dari babi ini lebih ringan dan meleleh pada suhu yang lebih rendah dibandingkan lemak babi biasa. Sesuatu yang dianggap menguntungkan bagi kesehatan
- Selain itu lemak Mangalitsa juga bisa dipergunakan untuk memproduksi sabun, kosmetik, dan bahkan pelumas industri
Promosi ini untuk mendorong minat masyarakat untuk mengkonsumsi hewan ini dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan ekonomi bagi para peternaknya.
Sebuah usaha yang cukup berhasil karena sekarang sudah ada sekitar 6000 peternak babi Mangalitsa dengan jumlah populasi mencapai 60 ribu ekor. Angka yang jelas lebih baik daripada hanya 200 di tahun 1990-an.