Penumpang Bandel : Tetap Saja Duduk di Lantai Kereta [Commuter Line]

Penumpang Bandel : Tetap Saja Duduk di Lantai Kereta [Commuter Line]

“Penumpang diharapkan kerjasamanya untuk tidak duduk di lantai kereta dengan menggunakan kursi lipat atau alas lainnya karena tempat yang dipergunakan akan mengganggu penumpang lain yang berdiri”

Itu adalah kalimat yang selalu diulang-ulang oleh announcer di atas Commuter Line relasi manapun. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sejak pengelolaan jasa kereta yang dulu dikenal sebagai KRL atau Kereta Rel Listrik Jabodetabek ini diambil alih oleh PT KCJ atau PT Kereta Commuter Jabodetabek. Tujuannya untuk membangkitkan kesadaran dan kedisiplinan para pengguna jasa si ulat besi ini untuk mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.

Sebelum itu, lantai memang menjadi wilayah para kuliper (kursi lipet-er), penumpang yang berbekal kursi lipat untuk memancing. Mereka duduk di sepanjang lantai baik dengan kursi lipat ataupun alas koran untuk duduk selama perjalanan.

Sesuatu yang sangat mengganggu penumpang lainnya karena kerap mereka memakan tempat yang seharusnya cukup untuk 3-4 orang.

Sebuah kebiasaan buruk yang ingin dihilangkan karena apa yang dilakukan para penumpang ini sangat mengganggu. Di masa lalu kerap terjadi keributan antara penumpang yang berdiri dan para kuliper yang biasanya berkelompok

Berdasarkan pengalaman inilah, pengelola Commuter Line terus berusaha menghilangkan kebiasaan buruk penumpangnya. Selain memasang puluhan simbol larangan duduk di lantai kereta, mereka juga menugaskan para Petugas Keamanan Dalam untuk meminta penumpang yang tidak kebagian duduk berdiri kalau mereka terlihat duduk di lantai.

Penumpang Bandel : Tetap Saja Duduk di Lantai Kereta [Commuter Line]

Sayangnya, rupanya setelah beberapa tahun berlalu, masih lumayan banyak penumpang yang terlalu egois dan mau menang sendiri dan tetap memaksakan duduk di lantai kereta, bahkan dalam keadaan penuh sesak sekalipun. Mereka tidak peduli bahwa apa yang diperbuatnya membuat penumpang lainnya merasa terganggu.

Memang, perjalanan antara Bogor – Jakarta yang memakan waktu sekitar 1 setengah hingga 2 jam lumayan melelahkan kalau dilakukan dengan berdiri. Saya mengalaminya hampir setiap hari dan memang mengakibatkan betis terasa pegal sekali.

Tetapi, hal itu tentunya tidak sebanding dengan menjadi seseorang yang “merugikan orang lain” atau “orang yang tidak mau patuh pada aturan”.

Sebagai manusia beradab atau tidaknya dirinya akan dipandang dari bagaimana mereka mematuhi berbagai aturan, etika, atau norma yang berlaku di sebuah masyarakat. Semakin mereka menghargai dan mengikuti aturan, maka bisa dikatakan semakin beradab pula mereka.

Oleh karena itu, meski terasa pegal sesampai di rumah, saya, dan banyak penumpang lain akan tetap berdiri selama berada di atas kereta. Barulah setelah sampai di stasiun kaki diselonjorkan agar bisa relaks sejenak.

Sebuah pengorbanan yang pantas dilakukan karena tentunya saya tidak mau disebut orang yang tidak tahu adab atau sopan santun.

Penumpang Bandel : Tetap Saja Duduk di Lantai Kereta [Commuter Line]

Sedihnya rupanya masih banyak sekali penumpang bandel yang tidak menyadari bahwa mereka merupakan “hama” bagi masyarakat pengguna Commuter Line. Mereka tetap memaksakan untuk duduk di lantai kereta tanpa peduli bahwa tindakannya melanggar aturan yang sudah ditetapkan untuk kepentingan bersama.

Banyak yang berkilah apa yang dilakukannya biasanya hanya dilakukan pada saat kereta kosong saja. Terdengar logis dan masuk akal karena tidak mengganggu. Sayangnya , mereka rupanya lupa bahwa tetap saja lorong di kereta dipergunakan untuk lalu lalang penumpang dan dengan posisi mereka masih tetap menimbulkan gangguan bagi penumpang lainnya.

Apalagi, dalam aturan dan simbol larangan yang ada, tidak pernah disebutkan bahwa larangan itu hanya berlaku saat kereta penuh sesak saja. Larangan itu berlaku secara umum yang artinya harus dipatuhi saat kereta dalam keadaan padat penumpang atau kosong sekalipun.

Terlihat sebagai sebuah hal yang kecil, tetapi yang kecil inilah yang kemudian menjadi kebiasaan yang merusak. Tidak beda dengan apa yang banyak terjadi di jalanan Indonesia dimana pengendara motor atau mobil tetap melaju meskipun lampu merah sudah menyala. Hasilnya adalah kecelakaan dan banyak lagi hal yang tidak perlu.

Mentalitas bandel, ngeyel, dan mau menang sendiri seperti inilah yang menghambat kemajuan Indonesia. Sesuatu yang harus dihilangkan kalau Indonesia mau jadi bangsa yang tertib dan teratur.

Tanpa kepatuhan pada aturan-aturan kecil seperti inilah yang pada akhirnya menyebabkan kekacauan yang lebih besar.

+ posts