WA atau Whatsapp adalah sebuah aplikasi yang sangat berguna di masa sekarang ini. Kehadiran di setiap tangan pemegang gadget membuat informasi bisa sampai dengan cepat ke orang yang dituju dan dengan biaya yang murah sekali. Apalagi untuk informasi yang perlu disampaikan ke lebih dari 1 orang, Whatsapp akan sangat berguna sekali karena aplikasi ini memiliki fitur untuk membuat sebuah grup WA sehingga cukup dengan satu kali menyampaikan informasi saja, maka semua orang yang dituju bisa menerima informasi tersebut pada saat yang hampir bersamaan.
Sayangnya, belakangan grup WA/Wharsapp sendiri banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik sebagai penyampai informasi. Kemudahannya membuat hampir semua orang tiba-tiba menjadi maniak untuk berbagi, bahkan tentang hal yang sangat tidak berguna sekalipun.
Tidak jarang juga semangat untuk berbagi membuat banyak orang tidak sadar dan mau mengecek kebenaran dari sebuah informasi dan justru membantu penyebaran hoax atau berita bohong.
Padahal, kalau dipergunakan dengan benar, sebuah grup Whatsapp bis amenggantikan banyak hal, dan mendorong orang menjadi paperless (tanpa kertas). Sebagai contoh, sebuah Grup WA bisa menggantikan peran surat edaran yang biasa disebarkan oleh pengurus RT atau RW kepada warga. Dengan adanya grup WA, tidak perlu lagi ada surat yang harus diedarkan dan cukup dengan mengetikkan saja ke dalam grup maka informasi bisa sampai.
Hemat karena berarti tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengetik, membuat fotokopi, dan mengedarkannya. Cepat karena semua warga bisa menerima pada saat yang bersamaan.
Untuk itulah seorang admin dari grup WA harus berusaha keras untuk memastikan grup yang dikelolanya tidak menjadi tepat sampah bagi sharing atau chatting yang tidak berguna. Ia harus melakukan berbagai cara untuk memastikan grup itu tetap fokus pada tujuannya, yaitu untuk menyebarkan informasi.
Hal itu saya alami sendiri sebagai seorang sekretaris RT di RT 008 RW 09 Bukit Cimanggu City, Kelurahan Mekar Wangi., Tanah Sareal, Bogor.
Demi penghematan uang kas RT, saya memutuskan untuk tidak lagi mengeluarkan surat edaran yang kalau ditotal memakan uang antara 200-300 ribu setiap bulannya. Sebagai pengganti, sebuah Grup WA dibuat.
Alhamdulillah, sampai hari ini ternyata Grup WA tersebut “bersih” dari yang namanya sharing atau chatting tidak berguna yang biasa menjadi sampah sebuah Grup WA.
Caranya sederhana sekali sebenarnya. Konsepnya hanyalah merubah kebiasaan lama dan membangun kebiasaan baru.
Beberapa langkah yang dilakukan untuk bisa menghasilkan Grup WA seperti ini adalah
1. Membuat surat edaran terakhir dalam bentuk kertas yang memberitahukan bahwa mulai tanggal tertentu, tidak akan ada lagi surat edaran dalam bentuk cetak yang diedarkan. Pada surat yang sama, warga mendapat pemberitahuan bahwa akan dibentuk sebuah Grup WA sebagai penggantinya
2. Warga diminta mengirimkan satu nomor telpon dengan aplikasi WA di dalamnya. Setiap rumah cukup 1, tetapi kalau warga bersedia, berapapun no WA akan didaftarkan ke dalam grup
3. Buat Grup WA
4. Beritahukan peraturan grup WA itu yang intinya
- Bersifat satu arah alias tidak boleh komentar atau chatting. Informasi yang masuk cukup dibaca saja tidak perlu dikomentari, dijawab atau direspon
- Dilarang sharing atau memberikan informasi yang tidak berkaitan dengan tujuan grup
- Dilarang posting video karena ukurannya yang besar
5. Konsisten mengingatkan warga yang karena terbiasa sering terbiasa mengomentari atau mengirimkan emoticon.
6. Secara rutin memposting ulang peraturan grup setidaknya 2 minggu sekali dan 1 bulan sekali kalau warga sudah terbiasa dengan peraturan tersebut.
Hasilnya, Grup WA RT 008 yang saya kelola sejauh ini sudah berhasil berfungsi sebagaimana tujuannya, yaitu penyampai informasi. Bisa dikata tidak ada sama sekali sharing atau chatting sampah yang biasa ditemukan dalam Grup WA.
Memang tidak mudah karena selama 3-4 bulan pertama, sebagai admin, saya harus terus menerus mengingatkan warga untuk tidak merespon baik dalam bentuk kata atau emoticon. Berat karena warga terbiasa untuk rumpi dan berkomentar, tetapi dengan rajin mengingatkan, perlahan tapi pasti, kebiasaan itu surut.
Dan, hasil akhirnya, setelah mendekati 1 tahun berjalan, semua member Grup WA itu sudah terbiasa untuk tidak semena-mena memposting sesuatu, sharing, atau berkomentar. Mereka menjadi terbiasa dengan sistem yang ada.
Bahkan, ketika saya tidak lagi mengingatkan dan memposting ulang peraturan, warga tetap tidak posting sesuatu yang tidak berkaitan dengan lingkungan.
Pembiasaan berjalan dengan sukses.