Memakai sepatu hak tinggi atau kerap disebut highheel adalah sesuatu yang sering dilakukan para wanita. Tentunya, banyak alasan mengapa mereka menggunakannya, seperti (yang dihimpun dari cerita banyak wanita)
- 1. Agar terlihat tinggi (maklum, highheel kerap memiliki tinggi hak sampai 10 centimeter, jelas membuat pemakainya terlihat tinggi)
- 2. Agar terlihat modis
- 3. Agar terlihat kekinian
- 4. Supaya terlihat langsing
Dan, rasanya masih ada beberapa lagi alasan wanita gemar mengenakan sepatu yang di bagian tumit mendapat tambahan tinggi 3-10 centimeter.
Memang sih, dalam banyak situasi, pemakai sepatu jenis ini sangat bisa memberikan pengaruh bagi yang melihatnya. Tetapi, ada satu situasi dimana sebaiknya pemakaian sepatu berhak tinggi seperti ini dhindari.
Nama situasi itu adalah Commuter Line dan kendaraan umum lainnya.
Bukan berarti tidak boleh dan tidak ada larangan sama sekali untuk tetap mengenakannya, tetapi ada beberapa resiko yang kerap tidak disadari oleh pemakainya.
Mengapa ?
1. Bisa Menyakiti Orang
Tidak bohong.
Commuer Line, Kereta Komuter Jabodetabek, adalah sarana transportasi yang semakin populer, “penggemar”nya banyak sekali. Kalau menurut data lebih dari 1 juta orang menggunakan jasanya setiap hari.
Alhasil, jarang kereta ini kosong, apalagi pada jam berangkat dan pulang kantor. Selalu penuh.
Pada situasi yang penuh sesak, yang namanya kaki terinjak merupakan hal yang biasa. Goyangan karena laju kereta saat berangkat atau berhenti kerap menyulitkan bahkan untuk berdiri tegak. Tidak jarang, kaki tidak sengaja menginjak kaki penumpang sebelah.
Itu saja rasanya sudah “lumayan” dan sering bikin meringis.
Dan, hal ini akan sering terjadi karena merupakan bagian dari kehidupan para “commuters”.
Lalu, bayangkan terinjak sesuatu yang lancip bin runcing dan ditambah beban pemakainya? Luar biasa sakitnya. Percayalah, akan ada jeritan keluar kalau hal itu terjadi.
2. Melukai diri sendiri
Stasiun-stasiun cmmuter line itu sekarang memiliki underpass untuk penumpang menyeberang dan tidak lagi melalui rel. Seperti biasa untuk melewatinya, harus menuruni dan menaiki tangga, yang undakanna lumayan.
Begitu juga dengan busway atau si TransJakarta. Di haltenya pasti ada tangga.
Dalam situasi normal, tinggal jalan pelan-pelan dan hati-hati, masalah selesai. Tetapi, bagaimana kalau sedang terburu-buru? Ditambah hujan?
Beresiko sekali kalau harus berlari mengejar commuter line karena takut terlambat masuk kantor. Resiko terjatuh karena terpeleset akan semakin besar bagi yang memakai sepatu hak tinggi.
Bisa-bisa kaki terkilir. Dan, yang pasti malunya juga bisa luar biasa ditonton banyak orang. Sudah badan luka, harga diripun ikut terluka
3. Mengganggu kesehatan
Penumpang kendaraan umum memang semakin toleran. Mereka akan dengan senang hati memberikan tempat duduk kepada lansia, ibu hamil, ibu membawa anak, dan penyandang cacat.
Tetapi…
Untuk pemakai sepatu hak tinggi, toleransi itu tidak akan diberikan, kecuali yang memakainya amat sangat cantik dan sexy sehingga para pria luluh hatinya. Emansipasi adalah alasan yang dipakai. Pria dan wanita setara hak dan kewajibannya, termasuk dalam “berdiri” di angkutan umum.
Pastinya tidak akan enak sama sekali berdiri selama perjalanan yang bisa mencapai 1-2 jam dengan tumit yang tidak rata dengan tanah. Pegal. Jangankan yang memakai sepatu hak tinggi, yang memakai sepatu biasa saja juga merasakan hal itu.
Dan, lama kelamaan akan menimbulkan varises di betis penggunanya.
Pegal dan varises menunjukkan bahwa ada kesehatan yang terganggu dan kalau lama kelamaan diteruskan akan membahayakan.
Memang penampilan itu penting bagi sebagian orang dan highheel adalah salah satu hal yang bisa membantu. Meskipun demikian, tidak berarti kebaikan diri sendiri dan orang lain harus diabaikan demi sekedar penampilan. Justru, kedua hal itu harus berada di posisi yang lebih tinggi dari sekedar penampilan. Diprioritaskan.
Pemecahannya sederhana saja, kalau memang tetap perlu memakai sepatu hak tinggi di kantor, simpan saja di kantor. Dari rumah memakai sandal atau sepatu biasa dan tidak berhak supaya nyaman semuanya. Barulah sesampainya di kantor, sepatunya ditukar dengan si higheel kesayangan.
Bereskan. Orang lain dan diri sendiri aman, penampilan bisa tetap dijaga.
Bagaimana kalau begitu? Lebih aman kan?