Seorang filsuf terkenal pernah mengatakan “The simplest answer is usually correct” atau dalam Bahasa Indonesia adalah “Jawaban yang paling sederhana itu biasanya benar”.
Memang seringnya manusia berpikir terlalu rumit. Sebuah hal sederhana terkadang dibicarakan panjang lebar. Didiskusikan dengan begitu banyak orang. Dibahas berulangkali dalam berbagai rapat.
Dan, seringnya solusi yang ditemukan tidak memecahkan masalah yang ada.
Manusia, terutama yang hidup di masa kini, cenderung berprinsip, “Kalau bias dibuat susah, kenapa harus dipermudah”. Motivasi dari sikap seperti itu biasanya terkait dengan ego dan kepentingan dari manusia.
Dengan membuat sesuatu terlihat sulit, maka jika ia mampu memecahkannya maka prestisenya di mata masyarakat akan naik dan ia akan dipandang sebagai orang pintar. Tidak jarang pula sesuatu dibuat sulit karena dengan begitu ia bias minta imbalan dari yang punya masalah.
Rupanya itu mengilhami beberapa hipermarket yang ada di Indonesia belakangan ini.
Jumlah pembeli yang cenderung meningkat setiap tahunnya, membuat kebutuhan akan trolley pengangkut belanjaan juga terus meningkat. Padahal mereka tentunya menyadari bahwa masyarakat pembeli Indonesia terlalu manja dan tidak efektif dalam menggunakannya.
Kebanyakan pembeli hanya membeli sedikit barang, tetapi mereka tetap memakai trolley untuk dan menggunakannya untuk mengangkut anak mereka. Sudah sesuatu yang umum mereka yang belanja meletakkan anak balita, dan bahkan anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun ke dalam trolley. Padahal mereka hanya berbelanja beberapa kaleng susu dan beras saja.
Oleh karena itu, menambah jumlah trolley yang disediakan bagi pengunjung hipermarket mereka menjadi sangat tidak efisien dan efektif. Hal itu tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat dari apa yang terjual dan juga biaya pengadaannya akan besar sekali. Ketersediaan lahan penyimpanan dan tenaga untuk merawatnya pun juga akan ikut membengkak.
Bagaimana pemecahannya?
Ternyata, entah mereka sudah pernah membaca pepatah itu atau belum, tetapi mereka hanya melakukan langkah sederhana saja.
Mereka menambah jumlah keranjang dan bukan trolley untuk mempermudah pengunjung berbelanja. Hanya kali ini berbeda dengan kebanyakan keranjang plastik yang biasa disediakan. Pada keranjang ini mereka menambahkan roda dan juga penarik yang bisa dilipat.
Jadi, bisa dikata pihak hipermarket menyediakan sebuah trolley mini dalam bentuk keranjang. Trolley mini alias keranjang beroda ini ternyata efektif. Bagi mereka yang tidak perlu ruang besar ala trolley untuk mengangkut belanjaan, keranjang beroda atau trolley mini ini adalah pilihan yang cocok. Pembeli juga terhindar dari harus mengangkat beban belanjaan dan hanya perlu menariknya seperti trolley saja.
Masalah yang terlihat rumit rupanya bisa selesai dengan hal yang sederhana saja. Dengan begitu, pembeli akan tetap senang karena kebutuhan mereka terpenuhi dan pihak pengelola hipermarket tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu besar untuk pengadaannya.
Walau terbayang entah berapa kali meeting atau rapat yang harus dilakukan hingga menelurkan ide seperti ini. Rasanya pasti butuh proses yang lumayan panjang karena tidaklah mungkin keputusan diambil oleh satu dua orang saja, yang mungkin tidak sesuai dengan pepatah di atas.