Pernah tahu arti singkatan BMW versi orang Jabodetabek? Kalau mereka yang tinggal atau bekerja di ibukota, pastilah tahu versi humor singkatan ini.
Versi seriusnya adalah Bayerische Motoren Werke, atau Bengkel Motor Bayern di Jerman yang identik dengan mobil-mobil mewah, sporty, dan tentunya berharga mahal itu.
Tetapi, versi orang Jakarta, walau tetap berkaitan dengan kendaraan bermotor bukanlah itu. Singkatan BMW memiliki kepanjangan Bajaj Merah Warnanya.
Tetap kendaraan bermotor, cuma bentuknya kendaraan beroda tiga dan memiliki ke-khasan berupa suaranya yang berisik dan juga goyangannya yang membuat penumpang bergetar bahkan setelah beberapa menit turun dari kendaraan itu.
Kata merah juga sebenarnya agak dipaksakan karena cat yang biasa dipakai bajaj dulu adalah oranye dan bukan merah. Yah, paling tidak oranye memang mengandung unsur merah (perpaduan dua warna dasar kuning dan merah).
Sepertinya singkatan itu akan segera punah dalam beberapa waktu ke depan. Penggunanya bisa dipastikan akan semakin sedikit.
Hal itu disebabkan karena ini.
Singkatan BMW versi orang Jakarta memang akan menghilang karena sekarang Bajaj tidak lagi merah warnanya.
Pemerintah DKI Jakarta sudah memutuskan kalau bajaj keluaran terbaru harus dicat biru untuk membedakannya dari yang keluaran lama.
Juga, ini untuk membedakan jenis bahan bakar yang dipergunakan. Bajaj biru menggunakan gas dan bukan bensin 2 tak (yang memerlukan oli campur) seperti yang dipakai bajaj oranye.
Penggantian ini juga dimaksudkan supaya si kendaraan roda tiga memenuhi persyaratan agar lebih ramah lingkungan. Penggunaan bensin campur pada bajaj oranye, tanpa penelitian pun bisa terlihat sangat tidak ramah lingkungan. Asap hitam atau putih selalu bertebaran setiap mereka melintas. Berbeda dengan bajaj biru yang jauh lebih baik dalam hal pembakaran dan memang mesin berbahan bakar gas menghasilkan lebih sedikit polusi.
Bajaj biru juga lebih tidak “bergetar” dibandingkan sejawatnya yang lebih tua, si oranye.
Jadi walaupun akan ada satu singkatan lucu menghilang dari peredaran, hal itu bukanlah sesuatu yang harus disedihkan. Justru, hilangnya kata itu harus disambut gembira karena menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan… sedikit.
Kata sedikit tetap harus dipakai karena walau Bajaj Tidak Lagi Merah Warnanya, tetapi mayoritas masih mewarisi kebiasaan ugal-ugalan dari pendahulunya si Bajaj Oranye. Melawan arus, tidak berhenti saat lampu merah menyala, berbelok tanpa memberi tanda, semua masih sering dilakukan para pengendaranya. Tidak berubah.
Hanya sisi baiknya, tidak lagi ngebul dan tidak seberisik sebelumnya.
Yah, bukankah kita harus selalu mencoba melihat sisi baik?