“Tips Mudik Nyaman Dengan Kendaraan Pribadi”. Itu judul salah satu artikel di sebuah blog.
Salah satu dari sekian banyak tulisan yang dibuat menjelang dan selama Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Tulisan yang sebenarnya merupakan repro dari tulisan-tulisan sejenis yang dibuat memanfaatkan situasi.
Tahun sebelumnya sudah banyak tulisan bernada sama terbit. Tahun ini tidak kurang yang merubah sedikit saja tulisan tahun sebelumnya. Tahun depan, jangan harap tulisan sejenis ini tidak keluar.
Kesemuanya memang memanfaatkan momen. Kebiasaan. Demi mendatangkan trafik tulisan kuno nan basi pun akan terus diolah ulang dan dibedakan sedikit saja.
Sayangnya, saya pikir justru tulisan seperti itu MENYESATKAN.
Betul sekali. Terdengar sadis tetapi memang itu peandapat saya. Membaca judulnya saja, saya langsung berpandangan bahwa penulis artikel di blog itu tinggal di negara Antah Berantah dimana tidak ada tradisi mudik. Bisa jadi pula si penulis adalah orang yang tidak pernah ikut dalam tradisi mudik itu.
Berbagai tips Mudik Nyaman yang terdengar keren dan masuk akal itu sama sekali tidak berdasarkan kenyataan.
Coba kita bayangkan beberapa hal seperti ini
Kemacetan
Mudik tanpa mengalami kemacetan panjang seperti sayur tak digarami. Ini kenyataan dan tidak bisa terbantahkan. Kemacetan panjang hingga puluhan jam adalah bagian dari ritual mudik tersebut.
Berada dalam kemacetan yang panjang jelas bukan sesuatu yang NYAMAN.
Terjebak Dalam Kendaraan
Duduk dalam sebuah kendaraan, walau merek yang paling mahal sekalipun, tetaplah akan membuat punggung dan pinggang akan terasa kaku dan pegal. Bohong besar kalau bisa diatasi hanya dengan menaruh bantal, mendengarkan musik atau tidur.
Semua ada batasannya.
Perjalanan Yang Panjang
Berapa jam rata-rata yang ditempuh untuk melakukan perjalanan mudik? Tergantung pada strategi dan pengaturan waktu serta jalan yang harus ditempuh, rata-rata antara 5-48 jam. Kalau Anda menuju kota-kota di Jawa Tengah, biasanya menghabiskan waktu 16-48 jam.
Bagaimana rasanya mengendarai sebuah mobil (atau motor) selama itu? Kalau ada yang mengatakan yyaman berarti ia sedang mengatakans sebuah omong kosong.
Itu adalah alasan mengapa saya bilang artikel berisi berbagai tips mudik nyaman itu sebenarnya adalah omong kosong dan menyesatkan. Sama sekali tidak berdasarkan pada perhitungan riil dan kenyataan di lapangan.
Mudik adalah sebuah petualangan.
Tidak bisa mengharapkan kenyamanan selama melakukannya. Bahkan justru yang bisa dipastikan adalah banyak sekali tantangan dan hambatan yang akan ditemui. Kalau seseorang mengharapkan nyaman selama mudik, mungkin sebaiknya jangan mudik saja. Hal itu tidak akan pernah ditemui.
Yang menjadikan orang Indonesia sangat kecanduan mudik bukanlah pada kata nyaman. Tetapi, mereka melihat bahwa hasil dari perjalanan yang panjang itu akan ditemukan di akhir perjalanan.
Bertemu dengan keluarga dan sanak saudara yang sudah lama tidak bersua. Mendengarkan suara orang-orang dekat yang lama tidak di dengar. Bercengkerama dengan kakak, adik, nenek, kakek, bibi, paman yang tidak setahun dua ditemui. Itulah pemacu mengapa mudik adalah sebuah hal yang seperti candu.
Meskipun mereka tahu perjalanan akan penuh dengan tantangan, hambatan dan ketidaknyamanan, mereka akan tetap melakukannya, dengan sepenuh hati. Ada reward yang begitu berharga di ujung perjalanan.
Tips Mudik Nyaman, buat saya, hanyalah sebuah omong kosong nan menyesatkan. Penulis artikel jenis ini seperti ingin meninabobokan pembaca dengan mimpi kalau mereka mengikuti saran dalam artikel, perjalanan mudik mereka menjadi nyaman. Padahal kenyataannya akan jauh panggang dari api. Berbeda sekali.
Penulis tulisan ini lebih mementingkan adanya pengunjung yang datang ke blog mereka.