Tidak BIsa VS Belum Bisa?

Beberapa waktu lalu, saya terlibat dalam pembicaraan dengan seorang teman. Intinya, saya mengajak ia untuk coba ngeblog atau menulis.

Jawabannya singkat, padat. “Nggak ah. Tidak bisa!. Saya tidak bakat menulis”.

Senyum juga mendapat respon seperti ini.

TIDAK BISA. Titik. Bukan koma. Akhir yang mutlak.

Betulkah tidak semua orang bisa menulis? Tidak juga. Buktinya yang mengatakan itu lulus sekolah bahkan tingkat sarjana. Tidak mungkin kalau dia tidak bisa menulis bisa lulus.

Kalau maksudnya untuk merangkai kata juga, tidak mungkin tidak bisa. Sejak Sekolah Dasar hingga tingkat Universitas atau bahkan sekedar akademi D-1 sekalipun, membuat karangan, laporan , paper adalah bagian yang harus dilakoni. Tidak mungkin tidak.

Lalu dimana tidak bisanya? Tidak mungkin.

Masalah utamanya bukanlah karena ketiadaan bakat untuk menulis. Masalah intinya adalah pada sikap tidak mau mencoba. Kebanyakan takut kalau hasilnya tidak bagus maka mereka akan dikritik.

Dikritik sendiri bukanlah sebuah hal yang menyenangkan. Menyakitkan.

Tetapi, pada kenyataannya, selama hidup manusia akan jatuh untuk kemudian bangun. Jatuh lagi. Bangun lagi. Itu adalah bagian dari kehidupan.

Kata TIDAK BISA dalam hal ini mencerminkan kebanyakan orang akan takut jatuh. Takut sakit. Takut merasa tidak enak. Untuk itulah mereka membuat tameng dalam bentuk kata “Bakat”. Jadi yang disalahkan adalah ketiadaan bakat pada dirinya. Bukan pada ketidakmauannya untuk mencoba.

Oleh karena itu, saya lebih suka mengatakan BELUM BISA pada hal-hal yang belum bisa saya lakukan. Karena dengan menggunakan kata ini, saya tidak menutup kemungkinan untuk mempelajarinya di masa yang akan datang.

Dengan mengatakan BELUM BISA, saya ingin menyampaikan juga, saya tidak takut jatuh. Kalau jatuh, saya akan bangun lagi.

Bagaimana dengan Anda? Lebih suka menggunakan TIDAK BISA atau BELUM BISA?

+ posts